41. Pelet Manjur

1402 Words

“Jujur sama aku. Kamu suka dokter pembimbingmu itu? Iya?” Tatapan Mas Juna semakin menajam. Aku langsung menggeleng, juga menggerakkan kedua telapak tangan menyerupai gelengan. “E-enggak! Kenapa tiba-tiba nanya itu?” “Ya kenapa barusan senyum-senyum?” “Ya Allah, Mas! Itu cuma nyapa aja. Ya kali aku malah cemberut. Orang di dalam habis baik-baik.” Mas Juna menyalakan mobil, lalu kami pergi meninggalkan pelataran resto. Aku menghela napas lega. Setidaknya, pembahasan ini terinterupsi untuk sesaat. “Mau beli jajan atau enggak, Dek?” tanya Mas Juna di tengah-tengah perjalanan. “Enggak, aku udah kenyang. Mau langsung pulang aja.” “Nanti kalau udah mau sampai rumah, aku enggak mau putar balik misal kamu tiba-tiba pengen sesuatu.” “Tenang aja, Mas. Enggak akan.” “Oke.” Mobil terus jala

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD