Benar-benar kalah

1727 Words

Lorong rumah sakit itu sunyi dan mencekam. Hanya suara langkah cepat perawat yang sesekali melintas, bercampur dengan detak jarum jam di dinding yang terasa lambat di telinga Sebastian. Ia berdiri di depan ruang gawat darurat, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, wajahnya tegang, dan sorot matanya gelap menahan emosi. Sudah hampir setengah jam sejak ambulans yang ditumpangi Valenia tiba. Tapi tak ada kabar apa pun dari dalam. Di kursi tunggu, Celine duduk dengan wajah pucat, matanya sembab karena menangis. “Celine,” suara Sebastian akhirnya pecah, berat dan tajam, “tolong jelaskan padaku… apa yang sebenarnya terjadi?” Celine menunduk, menatap ujung sepatu dengan tangan bergetar. “Tuan… saya… saya tidak sengaja melihatnya.” “Melihat apa?” desaknya. Celine menggigit bibirnya, lalu

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD