BAB 2 PERLARIAN DAN RASA SAKIT

1227 Words
Bug....bug tumpukan tugas di letakan secara kasar oleh Oliver. Alexa yang sedari tadi menyadari kedatangan Oliver. Bahkan lebih tepatnya, dia menunggu kedatangan Oliver—Alexa menatap mata Oliver yang sangat dingin menatap ke arahnya. Terlihat jelas wajah itu sedang marah kepadanya tetapi, Alexa menyukai wajah itu. "Apa kita punya masalah sebelumnya." Alexa menatap Oliver dengan meneliti untuk melihat. Apakah Oliver pantas menjadi penghangat ranjangnya. "Yeah kau memberiku tugas yang berbeda dari yang lain." Oliver kesal kenapa soalnya ujiannya terlihat lebih sulit bahkan, hanya dia yang berbeda dari yang lain. "Itu hukuman untukmu... Karena telah terlambat dalam kelasku, pergilah." Alexa memasang wajah tak kalah dingin untuk saat ini, dia akan mempermainkan Oliver sebelum membawa pria itu menjadi miliknya. Oliver menutup pintu ruangannya dengan keras. hanya Alexa yang mempunyai ruang khusus dan dia tak bergabung bersama dosen yang lain. Alexa hanya tersenyum melihat sikap Oliver. Entah kenapa, sedari tadi dia membayangkan Oliver berhubungan intim dengannya. Bahkan dengan memikirkannya saja, Alexa merasa panas dingin pada tubuhnya dan selangkangannya. Alexa mengoreksi semua hasil ujian. banyak tumpukan soal yang belum ia cek kali ini dia akan menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan sebelum dia pulang. Hampir 5 jam Alexa berada di ruangannya. Bahkan tak ada satupun makanan yang dimakan. Alexa bisa menjadi sangat workaholic dalam bekerja dia tak memperdulikan sekitarnya. Alexa melihat pergelangan tangannya jam sudah menunjukan jam 6 sore sebentar lagi, universitas akan tutup segera dia mengambil tasnya. Saat berjalan menuju ke parkiran, Alexa melihat Oliver sedang bersama wanita. Oliver mencium mesra bibir wanita itu, membuat Alexa marah dan seketika dia merasa cemburu. "Ayolah Alexa! Sejak kapan kau peduli!" Alexa berkata dalam hati dan langsung membuka pintu mobilnya dengan kasar. kali ini dia butuh hiburan mungkin dia akan mendatangi klub, tapi sebelumnya dia harus pulang untuk membersihkan tubuhnya, saat sampai di Mension hanya rasa kosong yang menyapanya. Alexa berjalan menghidupkan saklar lampu yang hanya menerangi dapurnya semuanya ia biarkan dalam keadaan gelap tanpa kehidupan. Ini semua sudah terjadi sejak lama hampir selama 2 tahun terakhir Darwin sering meninggalkannya, bisa dalam waktu yang cukup lama terkadang hampir seminggu sampai sebulan baru suaminya itu kembali padanya. Alexa melemparkan tasnya di sofa. Tak ada pelayan satupun, pelayan hanya bekerja di pagi hari membersihkan rumah saat dia dan Darwin pergi berkerja. Alexa menutup matanya dan membaringkan tubuhnya di atas sofa yang terbuat bahan kulit. Jika bisa Alexa ingin meminta pada tuhan, ia ingin sekali hidup sederhana saja. Tetapi bahagia dari pada penuh dengan banyak kekayaan tapi merasa sendirian. teleponnya sedari tadi berbunyi, Alexa tau Darwin yang menelponnya. Meskipun Darwin saat ini bersama istri simpanannya tapi dirinya tak pernah sekalipun, melewatkan malam dengan tak menghubungi Alexa. Sangat aneh bukan?" "Sayang kemana saja kau... Kau baru pulang? apa kau baik-baik saja?" Darwin menyodorkan dengan sejumlah pertanyaan yang bagi Alexa hanyalah sampah. "Aku baru pulang." Alexa memijit pelipisnya kepalanya pusing. "Sayang apa kau sakit?" Darwin kembali bertanya padanya. Darwin adalah orang yang paling peka jika dia sakit. Tetapi kenapa pria itu tak peka kalau hatinya sudah sakit sejak lama. "Aku baik-baik saja, aku akan tidur sebentar lagi...good night honey." Alexa mematikan teleponnya secara sepihak dia melangkah kakinya menuju tangga yang akan membawanya menuju kamar. Saat ini bulan begitu terang hingga, cahaya masuk hanya melalui cela jendela yang menerangi tangga. Alexa membuka kamar mereka. Tidak ini lebih seperti kamar pribadinya di bandingkan kamar milik bersama, tangan kecilnya menghidupkan saklar dan lampu langsung menyinari foto pernikahan mereka yang di pajang dalam frame besar di kamar mereka. Momen saat itu Alexa sangat senang menikah bersama Darwin, ia masih mengingat Darwin menangis saat dia melangkah sendirian menuju altar. Darwin telah merusak janji suci mereka dan Alexa membenci itu. Setelah mandi Alexa langsung merias dirinya dengan make up tipis, tak lupa polesan lipstick berwarna merah. rambutnya yang lurus sedikit dia curly. Alexa mengambil kunci mobil sportnya dan menghindarinya menuju suatu tempat yang selalu menjadi tempat pelariannya. yeah club, hampir setiap pekan atau 2 hari sekali ia akan mampir ke sana. Karena di sana ia menemukan ketenangannya. Alexa memasuki klub bunyi dentuman musik begitu keras menyapa pendengarannya, banyak pasangan yang sedang bercumbu atau mereka yang hilang kendali karena, pengaruh alkohol yang membuat mereka menari tanpa beban sama sekali. "Alexa! Your are so sexi minuman apa yang kau inginkan malam ini?" Seorang bartender tersenyum menatap Alexa wanita yang di pujinya. Karena, kecantikan Alexa yang sangat memukau malam ini. "Whisky please..." Alexa melihat sekitarnya dengan malas kali ini, dirinya butuh seseorang untuk di jadikan pelampiasan atas pikirannya yang terus saja terngiang-ngiang akan Oliver. Bartender meletakan minuman berwarna kecoklatan dalam gelas yang kecil. Mata Alexa melihat gelas dihadapannya sambil memutar gelasnya moodnya seakan hancur seketika saat adegan ciuman Oliver kembali berputar di otaknya. Shitt!! Alexa meminum whisky itu dalam sekali tegukan, sensasi terbakar menyentuh tenggorokannya Alexa kembali menuangkan whisky kedalam gelas miliknya, dan kembali menyesapnya kali ini dengan perlahan. "Apa aku boleh menemanimu?" Seseorang pria duduk di sampingnya Alexa masih tak menjawab. Alexa begitu malas untuk memperdulikan siapa yang berada di sampingnya. Pria itu juga memesan minuman yang sama dengannya, Alexa yang saat ini hampir setengah mabuk melihat pria di sebelahnya yang mirip dengan Oliver. Hal itu langsung saja membuat Alexa tanpa berpikir panjang menarik pria di sampingnya, dan mencium bibir pria itu dengan rakus. Awalnya pria disampingnya terkejut atas perlakuan wanita yang tiba-tiba saja menciumnya, akan tetapi, semakin lama ciuman Alexa membuatnya semakin mabuk. Alexa sudah merubah posisinya duduk di atas pangkuan pria yang masih senang, dan belum puas mencium bibir Alexa. Alexa yang masih dalam setengah sadar tak tau apa yang di lakukan pria itu. "Kau ingin ikut aku ke atas." Pria itu mengusap bibir Alexa yang mulai membengkak akibatnya. Alexa hanya mengangguk kecil apa salahnya di mencoba. Pria itu mengendong tubuh Alexa dengan bride style membawa tubuh wanita itu naik keatas, di sana terdapat banyak kamar untuk pasangan yang ingin berhubungan lebih jauh. "Pelacur!!" Oliver yang juga sedang menikmati minumannya sedari tadi melihat aksi Alexa yang menjijikan baginya. **** Tubuh Alexa di letakan dengan perlahan di atas tempat tidur. Pria yang tak dirinya kenali namanya, kembali mencumbu bibir Alexa dengan rakus tangan pria itu meremas dada Alexa dari balik dress yang masih ia kenakan. "Ahhh...Oliver." Alexa berusaha menikmati percintaannya kali ini. meskipun, harus membayangkan wajah Oliver yang sedang berhubungan dengannya. Pria yang sedang mencumbu Alexa seketika diam saat mendengar wanita di depannya, sedang menyebutkan nama pria lain. "Dion baby... Say my name baby." Dion menanggalkan dress Alexa dan melemparkanya, tak lupa juga dia melepaskan pakaian miliknya. ia tak ingin berlama-lama mencicipi wanita cantik di depannya. "Ahhh.." Alexa meremas rambut pria yang persetan dengan namanya kini sedang menjelajahi kenikmatan miliknya, Alexa semakin menekan kepala pria itu agar semakin dalam menghisap miliknya. Alexa selalu menghayal Oliver yang sedang melakukan itu. Bibir pria itu kembali menciumnya sebelum mengisap dadanya, Alexa hanya menahan desahanya saat milik Dion memasuki miliknya terasa penuh dan menyesakan. ingin rasanya Alexa segera mengakhiri Tetapi dia menghargai setiap patnernya. meskipun, dia harus berpura-pura merasa puas. Setelah Dion mendapat pelepasanya kini pria itu memeluk tubuh Alexa dengan erat. Tetapi tidak dengan Alexa, ia sedari tadi tak tahan berada di dekat pria yang tak ia kenali. Alexa melepaskan pelukan Dion dan memakai kembali pakaiaanya ia melihat jam yang menujukan pukul 3 pagi Alexa masih punya kelas pagi. dengan terburu- buru ia meletakan beberapa uang lembaran merah di atas nakas dan meninggalkan Dion layaknya pelacur. itulah Alexa rasa sakitnya akan sedikit terlupakan setelah malam gila yang dia lakukan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD